Thursday 10 December 2009

Dongeng - Kancil kena batunya

Kabar tentang kebun timun pak tani yang tengah berbuah lebat santer terdengar di hutan belantara. Seluruh hewan herbivora (pemakan tumbuhan) menjadikannya topik pembicaraan dimana-mana. Sembari meneguk air liur, mereka membayangkan betapa ranum dan lezatnya buah timun. Sayangnya, kebun pak tani ditepi hutan itu dikelilingi pagar tinggi & rapat. Mustahil untuk memasukinya.

Dan kabar tentang buah timun dikebun pak tani juga terdengar sampai ke telinga Kancil.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba ! Kancil bersorak girang dalam hati. Musim kemarau yang panjang membuatnya sulit menemukan rumput segar untuk dimakan. Pohon-pohon meranggas. Sudah berbulan-bulan kancil hanya bisa mengganjal perutnya dengan daun-daun yang telah mengering.

Membayangkan nikmatnya timun di kebun pak tani tak urung membuat air liur kancil ikut meleleh. Maka di suatu senja ia pun berjalan mengendap-ngendap ke kebun pak tani. Sampai malam menjelang ia berjalan memutari kebun pak tani yang terpagar ketat. Berdiri kokoh dan kuat. Tanpa ada jalan masuk sedikitpun. Kancil hampir putus asa menemukan kenyatan, bahwa tak ada celah yang bisa ia jadikan jalan untuk memasuki kebun pak tani.

Ditengah keputusasaannya itu, secara tak sengaja ia melihat sebuah lubang kecil terletak dibawah tiang pagar yang tembus kedalam kebun. Baik pak tani maupun binatang-binatang didalam hutan tampaknya tak tahu akan hal ini. Lubang itu tersamar dibawah tumpukan ranting-ranting kering.

Ini dia yang dicarinya !

Sekali lagi, kancil bersorak girang dalam hati. Namun ia menahan keinginannya untuk segera masuk melalui lubang tersebut. Hari telah malam, dan lagi, kancil telah punya rencana sendiri untuk menjalankan niatnya mencuri timun dikebun pak tani. Sebuah strategi dengan jalan memanfaatkan tenaga hewan lain. Rencana yang sangat cerdik. Atau mungkin lebih tepat disebut rencana yang culas !

Besoknya, saat tengah hari yang terik, kancil bergegas menemui babi hutan. Sama seperti hewan lainnya dalam belantara, tubuh babi hutan terlihat kurus kerempeng. Tulang rusuknya bertonjolang seperti merencanakan desersi dari tubuhnya. Tampaknya kemarau telah membawa bencana gizi buruk bagi seluruh penghuni belantara.

Kancil dengan sengaja memilih babi hutan untuk dimanfaatkan. Sebab babi adalah ahli menyusup dalam lubang tanah. Tubuh babi yang kurus juga akan memperlancar usahanya itu. Sekarang tinggal bagaimana membujuk babi hutan agar mau mengikuti akal bulusnya, guman kancil dalam hati. Sungguh perkara yang gampang. Selain terkenal polos, situasi kekurangan pangan yang tengah dialami oleh babi akan membuatnya mudah untuk diperdaya. Sebab kawan, bukankah kebodohan dan kelaparan membuat kita gampang terjerumus kedalam tindak kejahatan ? Jadi, waspadalah, waspadalah !

Berlagak acuh tak acuh, kancil mondar mandir dihadapan babi hutan. Lagaknya seperti wisatawan domestik memakai kacamata hitam lalu lalang dihadapan bule-bule berbikini di pantai Kuta.

Katanya (seolah berbicara pada diri sendiri) “ Betapa nikmatnya disiang hari yang panas ini makan buah timun yang ranum, lezat dan airnya segar..nyam..nyam..nyam..”

Babi hutan yang tengah keroncongan mendadak melelehkan air liur demi mendengar perkataan kancil. Dan seperti hewan lain dibelantara itu, babi hutan juga mengetahui kalau itu suatu hal yang mustahil. Pagar kebun pak tani terkenal kuat, rapat dan tak mungkin dimasuki.

“ Berhentilah mengkhayal kawan. Tak ada jalan untuk masuk ke kebun timun itu “ Gerutu babi hutan kesal.

“ Siapa bilang ? “ Sanggah kancil. Lalu melanjutkan dengan nada suara yang bersungguh-sungguh “ Aku telah menemukan jalan masuk ke kebun itu. tapi aku mohon padamu kawan, ssstttt…- seolah takut didengar hewan lain – jangan mengatakan ini kepada siapapun. Ini rahasia kita berdua..”

Mendengar ucapan kancil, babi hutan sontak kaget. Wajahnya sumringah siswa yang lulus UAN.

“ Betulkah yang kau katakana itu kawan ? lalu kenapa kau tidak memasukinya kalau kau betul telah menemukan jalan untuk masuk ke kebun itu ?“

“ Begini kawanku babi hutan yang tampan. Jalan masuk itu berupa lubang ditanah, tepat dibawah tiang pagar diluar kebun yang tembus kedalam. Tahu sendirilah kawan, dibelantara ini, cuma kamu satu-satunya pakar dalam hal melewati lubang tanah “

Telinga babi hutan berdiri mendengar pujian kancil kepadanya. Tanpa berpikir panjang lagi (didorong oleh rasa lapar) babi hutan bersikeras mengajak kancil ke kebun pak tani untuk melihat lubang tembus tersebut. Kancil pmengelak halus dari ajakan babi hutan. Mirip anggota DPR yang disodori amplop oleh para makelar proyek dan pura-pura menolak.

“ Tapi bagaimana denganku kawan. Aku tentu tak bisa mengikutimu masuk kebun lewat lubah tanah itu. sementara kau enak-enakan didalam makan timun, aku tetap kelaparan diluar menunggumu “ kancil memberikan alasannya.

Babi hutan menepiskan kakinya. “ tak usah kau khawatir soal itu kawan. Saat aku telah sampai didalam, aku akan memberikan buah timun kepadamu diluar melalui lubang tanah itu. Bagaimana ? cukup adil kan ? “

Tawaran babi hutan itu seperti yang telah diduga sebelumnya oleh si kancil. Lalu mereka berdua beranjak ke kebun pak tani. Tepat ditempat dimana lubang tanah yang tembus itu, kancil menunjukkan kepada babi hutan.

“ Ini dia lubangnya kawan “

“ Aha ! ini soal gampang. Tunggu saja kawan. Begitu aku masuk, aku akan segera memberitahukannya kapadamu “ jawab babi hutan.

Lalu babi hutan pun dengan mudahnya menyusup kedalam kebun pak tani melalui lubang ditanah itu. Babi hutan terperangah begitu menyaksikan buah timun bergelantungan diseantero kebun. Buahnya besar-besar dan ranum.

Dari balik pagar, babi hutan berseru kepada kancil yang menunggu diluar.

“ Kancil kawanku, aku akan memetik timun dan mengirimkannya kepadamu diluar. Nanti setelah diluar baru kita bagi dua dan sama-sama memakannya “

“ Baiklah kawan. Aku tunggu “ sorak kancil kegirangan.

Babi hutan tak menunggu waktu lama. Ia memetik buah timun sebanyak mungkin. Seluruh hasil petikannya dilungsurkan kepada kancil melalui lubang masuknya tadi. Sejam berlalu, buah-buah timun telah teronggok setinggi satu meter dihadapan si kancil diluar pagar. Merasa telah cukup, babi hutan pun berniat keluar.

“ Kawan, apakah buah timun yang kupetik telah cukup untuk kita berdua !? kalau sudah cukup, aku akan segera keluar ! “ teriak babi hutan dari dalam.

Melihat gundukan buah timun dimukanya, kancil berubah pikiran. Ia ingin memiliki seluruh buah timun itu sendiri untuknya. Kancil memikirkan bagaimana caranya bisa mengelabui babi hutan.

“ Kawan, aku punya rencana bagus. Bagaimana kalau kamu istirahat dulu sejenak didalam sambil memakan buah timun sebanyak mungkin. Dengan begitu, buah timun kita diluar tetap utuh. Coba pikirkan, kamu akan kenyang memakan buah timun didalam kebun, lalu setelah keluar, kamu tetap akan mendapatkan bagian yang sama denganku !? “ balas kancil berteriak

Betul juga, pikir babi hutan mendengar usulan kancil

“ Baiklah kawan, kamu sungguh adil dan baik hati. Lagipula aku sudah sangat lapar. Kalau begitu tunggulah aku barang sejenak “ jawab babi hutan.

Tanpa berpikir panjang lagi, babi hutan dengan lahap memakan buah timun dari dalam kebun. Tanpa disadarinya, kini tubuhnya telah berubah menjadi sangat gemuk. Begitu gemuknya sampai-sampai ia tak mampu lagi melewati lubang tanah yang dimasuki tadi. Babi hutan mendadak panik. Pak tani pemilik kebun memiliki anjing penjaga yang ganas. Bila ia sampai terperangkap didalam kebun ini, maka tamatlah riwayatnya. Kawan, inilah buah dari keserakahan. Babi hutan cepat-cepat memberitahukan kesulitan itu pada kancil yang berdiri menunggunya diluar. Mohon bantuan, situasinya darurat.

“ Kawan, aku tak bisa keluar. Tubuhku tidak sekurus tadi sewaktu masuk “ teriak babi kebingungan.

Kancil tertawa kecil. Justru inilah yang diinginkannya. Dengan begitu ia tak perlu membagi timun ini kepada babi hutan.

“ Begini kawan. Satu-satunya jalan agar kau bisa keluar hanya jika kau berpuasa barang sehari dua hari. Tunggulah sampai tubuhmu kembali kurus seperti semula “ saran kancil seolah ikut prihatin. Sambil berkata, diam-diam ia bergegas menyusun timun itu keatas pelepah pohon palem dan menyeretnya menuju tempat yang aman.

“ Tapi kawan, bagaimana jika pak tani datang membawa anjingnya “ keluh babi hutan pasrah.

“ Justru itulah yang kuinginkan. Dasar babi hutan bodoh ! “ ujar kancil dalam hati sambil tertawa kecil melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

Tak ada balasan dari si kancil. Babi hutan berteriak berulang-ulang. Tetap tak ada jawaban. Kini babi hutan terduduk lesu dibalik pagar. Sadarlah ia kini, kalau kancil telah memperalatnya. Hatinya diliputi amarah. Panas dibakar dendam. Ia berjanji akan membalas kejahatan kancil terhadapnya. itu pun kalau anjing pak tani tidak keburu datang untuk memangsanya.

Hari berganti malam. Tak terasa sudah tiga hari kemudian.

Kancil terlihat tengah asyik menikmati buah timun ditempat kediamannya yang tersembunyi. Sudah tiga hari berturut-turut ia hidup mewah dari hasil kejahatannya itu. Kadang ia tertawa sendirian mengingat babi hutan yang telah diperdayanya. Pasti babi hutan telah tamat riwayatnya ditaring anjing pak tani. Dunia memang hanya diciptakan untuk mereka yang cerdik, batin kancil dalam hati.

Bukannya sedih, justru kancil tertawa terpingkal-pingkal bila mengingat itu semua.

Sebuah gerakan dari balik semak-semak menghentikan tawa kancil. Kini mukanya berubah pucat pasi. Lututnya gemetar. Badannya menggil-gigil. Sosok babi hutan dengan wajah beringas tiba-tiba muncul dihadapannya. Mata babi hutan memelototinya buas. taringnya mencuat. Tajam dan siap menyeruduknya. Sungguh sangat menyeramkan.

“ Ka…ka….ka…kau….” ujar kancil gugup. Mulutnya seolah terkunci. Pemandangan ini sungguh diluar dugaannya.

.” Ya ! saya masih hidup kancil culas ! “ geram babi hutan. Ia bersyukur karena pak tani dan anjingnya tak kunjung datang selama 3 hari ia terperangkap didalam kebun..

Babi hutan menyepak-nyepakkan kakinya kedalam tanah. Kepalanya menjulur kedepan. Dalam posisi tunduk, Ia bersiap menyerang kancil dengan taringnya.

“ Terimalah pembalasanku sekarang “ teriak babi hutan sambil menyerbu kancil.

Kancil melompat menghindar. Berlari lintang pukang. Seluruh tenaganya dikerahkan untuk berlari menyelamatkan diri dari babi hutan yang kalap. Kejar mengejar pun terjadi.

Kancil akhirnya tiba ditepi sungai. Nafasnya terengah-engah. Babi hutan yang mengejarnya tertinggal jauh dibelakang. Ia sama sekali belum aman. Sebentar lagi babi hutan juga akan sampai ke tempat itu.. Kancil memutar otaknya cepat. Ia bisa selamat hanya jika bisa menyeberangi sungai. Sungguh bukan sebuah perkara yang mudah. Mata-mata lapar kawanan buaya ganas sudah mengintainya sejak tadi dari balik permukaan air.

“ Kemarilah kancil kecil. Kau akan menjadi santapan kami hari ini “ teror buaya-buaya dari dalam sungai menciutkan nyali kancil.

Kini kancil menemukan dirinya terpojok. Malaikat maut seolah datang menyodorinya buah simalakama. Mati ditaring babi hutan, atau tewas dirahang buaya ? Keduanya sama sekali bukan pilihan yang elegan untuk mengakhiri hidup.

Berhubung babi hutan sudah tak mungkin lagi ia perdayai, maka ia pun mencoba keberuntungannya untuk memperdayai buaya-buaya sungai itu. Buaya-buaya yang kelaparan. Tentu sangat mudah untuk diperdaya.

“ Wahai kawanku buaya. Aku sama sekali tidak keberatan untuk menjadi makan siangmu. Tapi lihatlah tubuhku yang kecil ini. mana mungkin cukup dibagi-bagi buat kalian semua. Bagaimana kalau aku mencoba menghitung dulu jumlah kalian. Jika kurasa cukup, maka dengan rela aku ikhlas menyerahkan tubuhku untuk kalian santap “ rayu kancil dengan mimik memelas.

Kawanan buaya berbisik satu sama lain. Perkataan kancil tampaknya masuk diakal mereka.

“ Baiklah. Tapi bagaimana caramu untuk menghitung kami “ kata salah seorang dari buaya itu.

Kancil tersenyum dalam hati. Rayuannya mengena. Saatnya untuk menjalankan akal bulusnya.

“ Aku cuma minta kalian berjejer mulai dari tempatku berdiri sampai ketepi sungai diseberang. Dengan begitu, aku akan mudah melangkah diatas punggung kalian sambil berhitung. Bagaimana ? kalian setuju “ Tanya kancil

Kembali kawanan buaya itu berbisik satu sama lain.

“ Baiklah. Kami setuju. “ jawab buaya.

Dengan penuh keyakinan kancil mulai melangkah diatas punggung buaya sambil berhitung. Begitu sampai ditepi seberang sungai ia akan berlari secepat mungkin. Demikianlah rencananya.

“ satu.., dua…, tiga…, empat…….lim…. “ hitung kancil sambil melompat dari satu pungung ke punggung buaya yang lain. Tanpa terasa ia kini telah berada dipunggung buaya yang mengambang tepat ditengah-tengah sungai.

Tapi alangkah terkejutnya kancil. Buaya-buaya yang sebelumnya berjejer rapi, lurus sampai ke tepi, tiba-tiba berpencar menjauh. Kawanan buaya membentuk formasi melingkar sama sekali tak terjangkau oleh lompatannya. Maka kancil pun terkepung tepat ditengah-tengah sungai. Bayangan kematian kembali menari-nari dipelupuk mata kancil.

“ Kawan, aku belum selesai berhitung. Aku belum tahu apakah jumlah kalian cukup untuk membagi-bagi tubuhku ini ? “ kancil tetap mencoba meyakinkan kawanan buaya.

Buaya-buaya itu malah tertawa terbahak-bahak.

“ Wahai kancil. Kami tahu. Kamu hanya memperalat kami. Kamu hanya memanfaatkan punggung kami untuk sampai keseberang sungai itu kan ? “ kata seekor buaya.

Lalu buaya lainnya menambahkan. “ lagipula, kami tidak pernah mempersoalkan sedikit banyaknya jumlah makanan. Sedikit atau banyak buat kami bukan masalah. Karena kami akan tetap membaginya sama rata diantara kami. Ketahuilah wahai kancil. Sedikit atau banyak akan tetap cukup bagi kami, selama kami bisa bersyukur dan tidak serakah “

Kancil tertunduk pasrah. Ia menyesal telah memandang remeh buaya-buaya ini. Kancil mengira buaya-buaya kelaparan dihadapannya sama seperti dirinya. Serakah dan enggan berbagi dengan sesama.

Sejurus kemudian kancil yang culas itu akhirnya tewas diterkam rahang buaya-buaya sungai yang ganas. Babi hutan menyaksikan kematian kancil yang menggenaskan dari tepi sungai. Mulai hari itu, babi hutan berjanji untuk tidak serakah dan selalu adil berbagi dengan sesama.





Artikel Diatas Di IL-Hami
Dari
www.sumbercerita.com




0 komentar:

Post a Comment

  © Ratna-Always For You The Transformers by Blog Tips And Trick 2009